Manusia yang Tahu (bukan tempe) dan Tahu, Tahu itu bukan Tempe

Posted in Blog, Filsafat Ilmu, Ceritaku on October 27, 2022 by Roberto Kaban ‐ 4 min read

Pengantar

Dengan berfilsafat kita didorong untuk mengetahui dengan kesungguhan hal apa saja yang telah kita ketahui, dan hal apa yang yang belum diketahui. Manusia yang pada dasarnya adalah sebagai homo sapiens (mahluk yg berpikir), secara otomatis membuat pengetahuan yang semakin banyak akan menghasilkan ketidaktahuan yang semakin besar juga.

Manusia akan terus menggali ketidaktahuan tersebut. Dengan menggali misteri ketidaktahuan tersebut, manusia telah menciptakan penemuan-penemuan, inovasi-inovasi, manusia juga sudah menyelesaikan berbagai masalah-masalah kehidupan, tetapi ini juga menimbulkan ketidaktahuan yang semakin besar. Kesemestaan yang tidak terbatas ini masih menyimpan misteri yang juga tidak terbatas. Adanya kata ‘semesta’ dan ’tidak terbatas’ di sini juga merupakan bentuk ketidaktahuan kita😁, tetap menjadi PR untuk mencari tahu (dasarnya: mahluk berpikir).

Ahli filsafat berpendapat, bentuk Ketahuan manusia ada empat, 1)Manusia yg tahu apa yg dia tahu, 2)Manusia yang tahu apa yg dia tidak tahu, 3)Manusia yg tidak tahu apa yg dia tahu, dan 4)Manusia yg tidak tahu apa yg dia tidak tahu.

Manusia yg tahu apa yg dia tahu

Ketahuan manusia jenis ini adalah bisa jadi panutan, dapat dijadikan guru yang sesungguhnya. Sebagai manusia yang sadar akan kemampuan dan keterbatasan (manusia yg tahu ketidaktahuannya), maka sudah semestinya kita secara sepenuh hati mendalami, bahkan menuntut, tentunya dengan kaidah dan norma yang semestinya untuk menjawab sebab musabab dari ketidaktahuan kita kepadanya.

Manusia jenis ini tidak sebatas tahu akan sesuatu, bukan sebatas tahu dari pengetahuan yang disampaikan orang lain, tetapi pada hakikatnya dapat menjabarkan pengetahuan yang diketahuinya secara empiris, spesifik, ilmiah, logis dan mendasar sampai ke akarnya.

Manusia yg tahu apa yg dia tahu berarti sudah memiliki kemapanan ilmu, dan dia sendiri memahami akan ketahuannya, dapat menerapkan dan menyebarluaskan ketahuannya, menjadi pelopor ilmu sehingga memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.

Manusia jenis ini akan terus belajar sepenuh hati, sungguh-sungguh dan metodis, selalu mengembangkan diri tanpa henti untuk mencapai penemuan dan inovasi yang nantinya dapat memberikan kontribusi, kebermanfaatan untuk dirinya dan orang sekitar.

Manusia yang tahu apa yg dia tidak tahu

Ini adalah jenis manusia yang masih awam tingkat keilmuannya, ada kemauan berkembang, dan dia menyadari akan hal itu sehingga terus belajar untuk mencari tahu akan ketidaktahuannya.

Manusia jenis ini dapat menempatkan diri pada tempat yang sepantasnya berdasarkan ketahuannya, dapat mengintrospeksi diri berdasarkan ketidaktahuannya, gemar bertanya akan sesuatu yang tidak diketahuinya. Jenis manusia seperti ini membutuhkan bimbingan dan rangkulan keilmuan dari manusia yang tahu akan ketahuannya.

Manusia yg tidak tahu apa yg dia tahu.

Manusia jenis ini adalah orang yang tidak tahu bahwa sebenarnya dirinya tahu, tidak tahu akan potensi dirinya, akan terkejut ketika melihat pencapaian yang dirinya sendiri tidak tahu kenapa bisa terjadi seperti itu.

Manusia seperti ini tidak menyadari kemampuan dan kecakapannya, ibarat manusia yang sedang tertidur dan tidak berguna, segera bangunkan dan sadarkan bahwa dia memiliki potensi luar biasa.

Manusia yg tidak tahu apa yg dia tidak tahu

Ini adalah jenis manusia bodoh dalam bertindak, dan dia tidak menyadari kebodohannya, tidak tahu jika ketidak tahuannya itu akan berakibat baik atau buruk bagi dirinya dan orang sekitar. Manusia jenis ini akan selalu gegabah, suka bertindak ceroboh sesuka hati, tidak tahu apa yang dia ketahui saat ini dan tidak tahu apa yang dia mau pertanyakan.

Ini jenis manusia yang paling buruk, susah disadarkan dan diberitahu, suka membantah tanpa kejelasan (landasan), selalu merasa tahu, semua hal dia tahu, tetapi sebenarnya hanya sedikit saja (sebatas kulit ari) dan pengakuannya sudah melebihi manusia yang tahu akan ketahuannya.

Penutup

Itulah beberapa jenis manusia berdasarkan buah pikiran ahli filsafat, baiknya, manusia harus mengenali dirinya sendiri (Gnoti Seauton). Diri sendirilah mengenal kekuatan dan kelemahannya sendiri, sehingga tidak akan membiarkan diri dikuasai oleh ketidaktahuan akan sesuatu yang tidak diketahuinya dan menjadi sesat.

Dalam hal ini, sebaiknya manusia itu selalu memiliki pikiran yang aktif untuk terus mengembangkan pengetahuan, memiliki pemikiran kreatif untuk mengolah pengetahuan, memiliki pemikiran yang kritis untuk membangun kesadaran diri dan kemampuan nalar; dan pemikiran yang kontemplatif untuk mengontrol pikiran itu sendiri.

comments powered by Disqus
Top